Al-Ustadz Haji Christiaan Snouck Hurgronje, Memang Bukan Ulama
Edsus Lebaran 2024

Al-Ustadz Haji Christiaan Snouck Hurgronje, Memang Bukan Ulama

Ilmuwan Barat yang repot-repot masuk Islam untuk meneliti Makkah dan kehidupan ibadah di dalamnya secara mendalam.

Normand Edwin Elnizar
Bacaan 7 Menit

P.S. van Koningsveld, pakar studi Arab lulusan Vrije Universiteit meyakini Snouck Hurgronje berpura-pura menjadi muslim dengan nama Abdul Gaffar. Keislaman itu semata-mata untuk mencari strategi memenangkan Belanda dalam Perang Aceh dan mempertahankan koloni Hindia Belanda.

Koningsveld bahkan menyorot dua kali perkawinan Snouck Hurgronje dengan perempuan Sunda muslim berdarah bangsawan sebagai cara menggali informasi untuk kepentingan kolonialisme. Karya Koningsveld berjudul Snouck Hurgronje en Islam; Acht artkelen over leven en werk van een orientalist uit het koloniale tijdperk (diterjemahkan berjudul Snouck Hurgronje dan Islam; Delapan Karangan tentang Hidup dan Karya Seorang Orientalis Zaman Kolonial) jelas menyebut, “Tentang metode ‘berpura-pura Islam’ yang digunakan Snouck di Makkah jelas dilakukan secara sempurna di Hindia”.

Snouck Hurgronje memang tercatat pernah terikat hubungan dengan perempuan sebanyak empat kali, tiga di antara itu dengan muslimah. Van den Doel menyebut hubungan pertama dalam ikatan perbudakan dengan perempuan asal Etiopia selama Snouck Hurgronje tinggal di Makkah. Budak perempuan ini nyaris melahirkan anak Snouck Hurgronje tapi tercatat kehamilan itu tidak berlanjut. Tiga hubungan lainnya disepakati oleh Koningsveld dan Van den Doel dalam karya mereka masing-masing.

Hubungan kedua adalah perkawinan pertama Snouck Hurgronje dengan Sangkana, perempuan asal Ciamis, anak dari penghulu kepala setempat bernama Raden Haji Moehammad Ta’ib. Perkawinan dilakukan pada Desember 1889 saat Snouck Hurgronje berusia 32 tahun dan istrinya diperkirakan berusia 17 tahun. Perkawinan dilakukan secara Islam. Mereka hidup bersama sejak 1890 sampai Sangkana wafat akibat keguguran anak kelima mereka. Sebelumnya telah lahir Salmah Emah (1891), Oemar (1892), Aminah (1893), dan Ibrahim (1894).

Hubungan ketiga juga perkawinan dengan Siti Sadijah, anak dari penghulu kepala Bandung Haji Moehamad Soe’eb. Perkawinan ini pada tahun 1898 saat Siti Sadijah berusia 13 tahun dan Snouck Hurgronje berusia 41 tahun. Pada tahun 1905 lahir anak tunggal mereka bernama Raden Jusuf. Koningsveld mencatat bahwa Siti Sadijah, Raden Jusuf, dan anak-anak Snouck Hurgronje dari Sangkana pernah bertemu pada tahun 1907 dengan bukti sebuah foto bersama. Van den Doel bahkan menyebut mereka hidup bersama.

Hukumonline.comFoto lampiran dalam buku Snouck Hurgronje en Islam; Acht artkelen over leven en werk van een orientalist uit het koloniale tijdperk (diterjemahkan berjudul Snouck Hurgronje dan Islam; Delapan Karangan tentang Hidup dan Karya Seorang Orientalis Zaman Kolonial)

Hubungan keempat adalah perkawinan dengan Ida Oort pada 1910. Snouck Hurgronje berusia 53 tahun dan Ida Oort berusia 36 tahun. Mereka memiliki putri tunggal bernama Christien dari perkawinan ini. Belakangan, hanya Raden Jusuf anak dari Indonesia yang pernah berjumpa langsung dengan Christien.

Tags:

Berita Terkait