Yudi Kristiana:
Betah di KPK Karena ‘Trauma’ Intervensi
Profil

Yudi Kristiana:
Betah di KPK Karena ‘Trauma’ Intervensi

Mengaku tetap mencintai Kejaksaan.

FAT
Bacaan 2 Menit

Selain soal studi S3, hal lain yang membuat hidup Yudi terasa berat di Pagimana adalah harus berpisah dengan keluarga yang berada di Solo, Jawa Tengah. Jangankan untuk bertemu, untuk sekadar berkomunikasi melalui telepon pun Yudi harus berjuang susah payah. Bayangkan, lantaran di Pagimana belum ada jaringan sinyal telepon seluler, Yudi harus berkendara ke kota selama tiga jam hanya untuk menelepon keluarga.

“Telepon kantor ada, tapi belum tentu kita 10 kali pencet bisa nyambung. Sehingga kalau telepon keluarga itu saya harus tiga jam perjalanan naik mobil. Baru bisa halo ke keluarga,”ujarnya.

Meskipun banyak menemui kendala, namun Yudi tetap berupaya maksimal dalam bekerja. Seperti di Semarang, Yudi tetap menunjukkan ketertarikan pada kasus-kasus korupsi. Sebagai Kepala cabang Kejaksaan Negeri Kecamatan Pagimana, kerja keras Yudi sempat menuai apresiasi.

“Dulu mendapatkan nomor satu dirangking gitu, kita nangani perkara korupsinya. Kita yang paling banyak menangani perkara korupsi. paling produktif,” kenang Yudi.

Total kurang lebih 39 bulan sejak tahun 2005, Yudi bertugas di Pagimana. Tahun 2008, Yudi dipindahtugaskan ke Kejagung dengan posisi staf intelijen di lingkungan Jaksa Agung Muda Intelijen.

Potong Generasi
Sebelum dipindahtugaskan ke Jakarta, Yudi berhasil merampungkan disertasinya. Mengambil judul “Rekonstruksi Birokrasi Kejaksaan dengan Pendekatan Hukum Progresif,Studi Penyelidikan,Penyidikan dan Penuntutan Tindak Pidana Korupsi”, disertasi tersebut sempat menghentak Korps Adhyaksa.

Pasalnya, isi disertasi Yudi menyinggung tentang tersendatnya sejumlah kasus korupsi di Kejaksaan. Dia bahkan menyebutkan banyak kasus yang dihentikan penyelidikan dan penyidikannya.

Tags: