Munir Fuady: Advokat dengan Mimpi Seribu Buku
Berita

Munir Fuady: Advokat dengan Mimpi Seribu Buku

“Kalaupun saya berhasil, saya bilang saya hanya berani melawan arus, istilahnya sekarang berani tampil beda”.

Hamalatul Qur'ani
Bacaan 2 Menit

 

Bedanya kalau inspirasi dalam novel ditemukan dengan mengkhayal, kalau ilmiah justru gak boleh keluar ke khayalan, apalagi nulis hukum, itu harus hati-hati karena ada aturan-aturan yang perlu diperhatikan di situ. Kalau aturannya bilang A anda bilang B sudah repot itu. Pelajari dulu, baca, diskusi dengan banyak orang, baru kemudian nulis.

 

Pasar di Jakarta kan bukan tantangan yang mudah, bagaimana kiat Anda sebagai orang daerah untuk bisa memenangkan persaingan ketat di Jakarta?

Di AS saya pelajari hukum bisnis, dan itu sangat berkembang pesat. Nah kalau saya balik ke daerah, hukum bisnis saya bisa gak ada pengembangan di sana. Banyak masalah bisnisnya kalau di daerah seperti perkara dagang sapi, tanah dan sebagainya, jadi saya memilih menetap di Jakarta yang notabene bisnisnya besar-besar, masuk di situ Penanaman Modal Asing (PMA), Pasar Modal, Persaingan Usaha, kan di sini semua. Jadi kesimpulan saya, kalau saya ingin kembangkan ilmu, ingin saya praktikkan ilmu yang pernah saya pelajari di Amerika, saya harus di Jakarta.

 

Banyak yang bilang, sudahlah balik kampung halaman saja, ngajar, terima gaji, ngapain susah-susah, di Jakarta lawan orang UI lawan orang UGM, orang Unpad, orang Medan semuanya kemari, enakan di sana tidur nyenyak. Tapi saya pikir ndak, saya punya ilmu, melawan siapapun saya berani, kalau kalah, gagal dan gak bisa ngapa-ngapain di Jakarta saya tinggal bawa tas, pulang kampung lagi. Ini udah prinsip. Tapi Alhamdulillah sampai sekarang gak sampai begitu.

 

Saya kira kemajuan itu kita harus berani tampil beda, apalagi kalau kita punya ide pembaharuan. Prinsip saya, harus berani ambil kesempatan karena kesempatan itu datang biasanya hanya sekali. Selain itu, saya juga berprinsip bahwa hidup itu memilih, pilihan banyak kita bisa ambil satu. Tapi, sebagai manusia yang punya akal, jangan salah pilih. Kalau salah pilih, bisa kacau nanti.

 

Tags:

Berita Terkait