Bambang Rantam Sariwanto, dari Gotong Kursi Menuju Prestasi di Kursi Sekjen Kemenkumham
Profil

Bambang Rantam Sariwanto, dari Gotong Kursi Menuju Prestasi di Kursi Sekjen Kemenkumham

Modal pertama adalah disiplin. Kedua, ketekunan. Ketiga adalah mencintai pekerjaan. Jangan selalu memikirkan uang. Rezeki akan datang mengikuti.

Normand Edwin Elnizar
Bacaan 2 Menit

 

Apakah capaian sejauh ini karena bantuan Paman anda yang dulu adalah Menteri Kehakiman, Pak Ismail Saleh?

Tidak ada. Dulu saya masuk dengan pendidikan sarjana hukum, tapi penempatan di Pusdiklat, Cinere Depok. Kerjaan awal saya ngangkat meja, gotong kursi. Pusdiklat baru pindah ke sana 1987, kantor baru di sana, masih sepi dan seram. Saya dan paman jarang ngobrol. Kalau berkunjung saya pasti di garasi saja karena orangnya galak.

 

Beliau adalah adik dari ayah saya. Kalau memang ada bantuan pasti saya bisa langsung ditunjuk ke tempat yang bagus, apalagi saat itu rekrutmen pegawai kan asal tunjuk titipan dari orang dalam. Beliau meninggal waktu saya menjabat Kepala Biro. Nah, memang ada doa beliau agar saya jadi Sekretaris Jenderal saat dua minggu sebelum meninggal. Sekarang tercapai.

 

Berkaitan dengan unit yang anda tekuni sejak awal berkarier, apa sebenarnya peran vital Sekretariat Jenderal di dalam Kementerian?

Kami memberikan dukungan manajerial. Berbeda dengan Inspektorat yang menangani pengawasan dan setiap Direktorat memiliki fungsi teknis masing-masing. Dukungan manajerial kami meliputi pengelolaan sumber daya manusia, perlengkapan, keuangan, dan semacamnya. Supporting unit baik untuk Menteri maupun unit lainnya.

 

Berbagai inovasi dari Direktorat tidak akan berjalan tanpa dukungan manajerial yang baik. Kami ini melakukan pelayanan publik, harus banyak inovasi untuk memenuhi ekspektasi publik yang terus berkembang. Apalagi saat ini masanya revolusi industri 4.0. Pelayanan publik juga harus berkembang. Nah, Sekretariat Jenderal membantu berbagai urusan manajerial berjalan lancar. Mulai dari rekrutmen sumber daya manusia sudah dengan dukungan Sekretariat Jenderal.

 

Posisi Sekretaris Jenderal kerap dianggap sebagai orang nomor dua. Tapi bagi saya dia tidak lain adalah pembantu umum. Saya melayani semua orang di Kementerian. Dimarahin ya boleh, dikritik sudah pasti. Secara struktural memang seakan-akan berkuasa, namun tidak seharusnya begitu. Prinsipnya, menjadi Sekretaris Jenderal harus jadi pembantu umum agar semua fungsi berjalan baik secara maksimal.

 

Apa yang anda harapkan untuk dicapai Sekretariat Jenderal?

Saya ingin membantu Kementerian mendapatkan berbagai penghargaan tingkat nasional. Kalau lihat Kementerian lain banyak yang naik prestasinya. Jadi saya ingin mendorong untuk bisa mencapai itu. Mendukung berbagai inovasi direktorat-direktorat di Kementerian Hukum dan HAM.

 

Tags:

Berita Terkait