Bambang Rantam Sariwanto, dari Gotong Kursi Menuju Prestasi di Kursi Sekjen Kemenkumham
Profil

Bambang Rantam Sariwanto, dari Gotong Kursi Menuju Prestasi di Kursi Sekjen Kemenkumham

Modal pertama adalah disiplin. Kedua, ketekunan. Ketiga adalah mencintai pekerjaan. Jangan selalu memikirkan uang. Rezeki akan datang mengikuti.

Normand Edwin Elnizar
Bacaan 2 Menit

 

Hukumonline.com

 

Ternyata hanya 1,5 tahun saja saya sudah dipindahkan lagi menjadi Kepala Kantor Wilayah di Yogyakarta. Setahun di Yogyakarta, saya diangkat sebagai Kepala Kantor Wilayah di Jakarta oleh Pak Patrialis Akbar yang saat itu menjabat Menteri Hukum dan HAM. Hanya setahun, saya dipindahkan lagi menjadi staf ahli Pak Patrialis.  Tidak lama, sekira empat bulan, saya ditugasi menjabat Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal. Saat itu April 2011. Ternyata di bulan Agustus diangkat menjadi Sekretaris Jenderal. Saya menyelesaikan S3 di Universitas Padjajaran bertepatan pelantikan sebagai Sekretaris Jenderal saat itu.

 

Jadi sudah pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal sebelumnya?

Ya, antara 2011-2013. Lalu Menteri yang baru, Pak Amir Syamsudin, meminta saya memimpin BPSDM. Setelah Pak Yasonna menjabat Menteri, saya ditarik lagi menjadi Sekretaris Jenderal sampai saat ini.

 

Apa sebabnya anda menyempatkan studi lanjutan hingga doktor selama berkarier? Padahal jabatan tinggi sudah dicapai.

Saya ini dikenal sebagai pekerja, bukan orang yang pintar. Saya ingin buktikan saya bisa menuntaskan pendidikan akademik walaupun semuanya selesai pas-pasan nyaris habis masa studi. Hehehe

 

Karier anda tampak begitu cepat meningkat, siapapun Menteri yang menjabat tampaknya percaya dengan kinerja anda. Apakah ada tips khusus?

Orang tua saya mendidik disiplin, harus bangun pagi dan harus rajin. Ayah saya kan pensiun dari tentara, jadi saya menikmati digedor-gedor. Modal saya ya rajin. Sejak dari BPSDM saya biasa masuk paling pagi dan pulang paling malam. Saya lakukan sampai sekarang. Pimpinan akan senang dengan mereka yang totalitas. Dan saya lakukan dengan suka cita. Saya belajar mencintai apa yang saya kerjakan. Apalagi saya berpikir bahwa saya tidak cukup pintar, jadi apa saja saya kerjakan sebaik-baiknya. Itu saja.

 

Saya biasa tiba pukul lima pagi di kantor. Kalau diperlukan saya akan menginap di kantor. Jadi yang pertama adalah disiplin. Kedua, ketekunan. Ketiga adalah mencintai pekerjaan. Selain itu sering saya sampaikan pada para staf agar bekerja jangan memikirkan uang. Rezeki nanti akan datang mengikuti. Memang kebetulan saya didukung istri yang bekerja di Bank. Saya baru cerita berapa gaji saya sejak jadi Sekretaris Jenderal. Soalnya dengan gaji dia saja sudah cukup. Hehehe

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait