Pahlawan
Tajuk

Pahlawan

Pahlawan lahir untuk jamannya. Itu sebabnya mungkin secara sadar Soeharto menyebut dirinya Bapak Pembangunan, karena dia tidak bisa menyebut dirinya Bapak Konstitusi atau Proklamator Kemerdekaan atau Bapak Pancasila. Walaupun kenyataannya, pembangunan ala Soeharto hanya menghasilkan Indonesia menjadi negara nyaris tanpa hukum, paling korup sedunia, kesenjangan sosial, dan kesejehtaraan yang selalu membara, tatanan birokrasi yang bobrok dan feodal, serta terbungkamnya mulut rakyat selama tiga dekade.

ATS
Bacaan 2 Menit

Anggota Parpol yang mengendalikan parlemen akan menjadi pahlawan jika proses Sidang Istimewa memberi jalan keluar bangsa ini mengatasi krisis multi dimensinya. Gus Dur akan menjadi pahlawan kalau secara besar hati mengakui bahwa memimpin negara ini  tidak cukup hanya dengan semangat berdemokrasi, tetapi dibutuhkan kemampuan untuk membawa bangsa ini melakukan revolusi budaya guna mengubah dirinya dan mengatasi krisis multi dimensi, dari visi sampai kerja detailnya.

Setiap elemen bangsa ini akan menjadi pahlawan zamannya bila mampu menahan diri dan mendahulukan kepentingan masyarakat luas, dan menyerukan tidak henti-hentinya apa yang dikatakan Sir Nicholas Conyngham Tindal: "whatever is injurious to the interests of the public is void, on the grounds of public policy" .

Atau mungkin setiap dari kita sudah saatnya mengulang dan menggaungkan apa yang dikatakan George Bernard Shaw : "Our laws make law impossible; our liberties destroy all freedom; our wisdom is administered by inexperienced dupes; our power wielded by cowards and weaklings, and our honor false in all its points. I am an enemy of the existing order for good reasons."

Kita butuh pahlawan-pahlawan baru. Mungkin kita bisa mengoreksi Kruschev, "Heroes could choose their destiny", kalau saja kita semua mau berkorban, mengorbankan kehormatan (palsu), tahta, dan harta serta solidaritas (palsu) lingkungan kecil kita. Kalau begitu, mungkin bangsa ini masih bisa diselamatkan.

Tags: