Menkum HAM Kritik Advokat Lewat Anekdot
Berita

Menkum HAM Kritik Advokat Lewat Anekdot

Anda pasti sudah sering membaca atau mendengar lawyer joke. Tapi, bagaimana kalau lelucon mengenai profesi pengacara itu diceritakan oleh seorang Menteri? Atau, bagaimana jika lelucon itu adalah kisah nyata yang dialami oleh pengacara yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi?

Amr
Bacaan 2 Menit
Menkum HAM Kritik Advokat Lewat Anekdot
Hukumonline
Pasti tidak banyak orang yang akan memberikan jawaban ya untuk dua pertanyaan di atas. Tapi, itulah yang terjadi belum lama ini. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Hamid Awaluddin menuturkan serangkaian lelucon mengenai dunia advokat di hadapan ratusan advokat. Salah satu anekdot yang ia kisahkan kebetulan sebuah kisah nyata yang pernah dialami oleh Laica Marz, hakim konsitusi.

 

Laica pun terkejut dengan jawaban yang diberikan orang itu dan kemudian berkata, ‘Bagaimana mungkin ada mengetahui bakat dia sebagai calon pengacara handal dengan usia delapan setengah tahun?' Orang tua sang anak mantan pelayan Pak Laica mengatakan, ‘Di rumah dia pandai berbohong' kata Hamid yang disambut dengan derai tawa para hadirin.

 

Itu bukan satu-satunya anekdot yang isinya kritik terhadap profesi advokat yang disampaikan Hamid malam itu. Setelah itu, ia juga berbagi anekdot lainnya yaitu mengenai seorang penjahat kambuhan yang kerap keluar masuk Nusa Kambangan. Karena sang residivis tidak pernah jera mengulangi kejahatannya begitu keluar dari penjara, hingga akhirnya para sipirnya mengancam akan melemparkannya ke mulut ikan hiu jika ia kembali ke balik jeruji.

 

Namun, ancaman itu tidak membuat sang penjahat takut. Tidak lama berselang dia pun kembali menjadi penghuni Nusa Kambangan. Namun, kali ini para petugas lembaga pemasyarakatan tidak kehabisan akal. Sekarang si residivis disodorkan dengan ancaman baru yaitu jika ia kembali melakukan kejahatan maka dia akan diserahkan kepada seorang pengacara.

 

Ancaman itu kontan membuat sang penjahat kakap itu bergidik. Dengan memelas dia berjanji untuk tidak mengulangi kejahatannya lagi. Pasalnya, ia sangat takut jika sampai diserahkan kepada seorang pengacara yang tak hanya akan memerasnya selama di dalam penjara, namun juga memerah keluarganya yang ada di luar penjara. Akhirnya, sang narapidana itupun betul-betul bertobat.

 

Meski begitu, Hamid rupanya tidak ingin memberondong para advokat dengan terlalu banyak anekdot yang berisi kritik terhadap advokat. Di akhir sambutannya, dia menceritakan kisah seorang pengacara yang masuk surga di Hari Akhir. Diceritakan bahwa pengacara tersebut kemudian membuat para penghuni surga lainnya cemburu. Pasalnya, sang pengacara mendapat tempat yang teristimewa di surga.

 

Malaikat yang mengiringi sang pengacara memasuki gerbang surga itu mengetahui hal tersebut. Malaikat berbalik dan berkata kepada seluruh penghuni surga, hampir mustahil seorang pengacara memasuki gerbang surga ini. Tetapi, pengacara ini bisa masuk surga tentu teramat istimewa. Dia jujur tak mempan suap dan tak pernah menyuap maka kamipun menempatkannya di balik surga ini, Hamid mengisahkan.

 

Hamid pun menutup cerita itu dengan sebuah pertanyaan yang sekaligus pesan moril bagi para pengacara. Apakah anda di dalam ruangan ini adalah bagian dari ini (pengacara jujur)? Jawabannya, wallahu alam bishawab, ilmu alam susah saya jawab, tuturnya. Anekdot sang menteri, sekali lagi, memancing derai tawa para advokat. Jarang terjadi ada pihak yang menerima serangkaian kritikan dengan tertawa. Apalagi kalangan advokat.

uki

Saat memberikan sambutan dalam acara perkenalan Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) di Jakarta (7/4), Hamid mengawalinya dengan bercerita tentang satu episode kehidupan dari Laica saat menjadi pengacara di Makassar. Cerita bermula ketika Laica harus membela salah satu kliennya yang dituntut ke pengadilan atas sebuah tindak pidana.

 

Keandalan Laica sebagai seorang pengacara dibuktikan dengan berbagai dalil serta argumen hukum melawan jaksa penuntut umum. Berkat dalil-dalil hukum yang kuat, Laica muda berhasil membebaskan sang tersangka. Ia yakin ia bebas karena Laica berhasil meyakinkan sang hakim bahwa si tersangka memang tidak bersalah, Hamid berkisah.

 

Cerita belum berakhir sampai di situ. Hamid melanjutkan, beberapa lama kemudian rumah Laica didatangi sang mantan tersangka yang sudah bebas. Dia berkata, ‘Pak Laica, anak saya berbakat menjadi seorang pengacara andal seperti Bapak'. Laica bertanya, ‘berapa usia anak anda?' Si mantan tersangka pun menjawab, ‘Oh, putra saya baru berusia delapan tahun setengah'.

Halaman Selanjutnya:
Tags: