Mengintip Buku Menulis Munir, Merawat Ingatan
Info

Mengintip Buku Menulis Munir, Merawat Ingatan

13 mahasiswa menulis mengenai sosok hingga perjuangan Munir Said Thalib semasa hidup.

Oleh:
RED
Bacaan 2 Menit
Aksi Solidaritas untuk Munir. Foto: SGP
Aksi Solidaritas untuk Munir. Foto: SGP
Melalui sebuah tulisan, sejumlah mahasiswa menyuarakan lantang mengenai ketidakadilan yang pernah dirasakan oleh aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Munir Said Thalib semasa hidup. Waktu 13 tahun telah berlalu sejak kepergian Munir yang dibunuh di atas pesawat saat ingin melanjutkan sekolahnya ke Amsterdam, Belanda, 2004 silam.

Walaupun telah dihukum pelakunya, namun otak pembunuhan belum juga terungkap. Setiap tahun, harapan dari keluarga agar kasus ini segera tuntas selalu disematkan dalam doa.

Semangat perjuangan Munir menjadi cikal bakal para penulis muda yang masih mahasiswa ini untuk menuangkan uneg-unegnya ke dalam buku. Sebanyak 13 mahasiswa menulis mengenai sosok Munir hingga perjuangannya yang patut diteladani semasa hidup.

Ide ini berasal dari program Sekolah Tinggi Hukum Indonesia Jentera (STHI Jentera) bersama para penerima beasiswa Munir Said Thalib dan Pusat Studi Hukum Kebijakan Indonesia (PSHK).

“Sebagaimana judulnya, buku ini dibuat dengan harapan dan keinginan untuk terus menjaga ingatan akan nilai-nilai yang melekat dan diperjuangkan oleh Munir,” tulis Direktur eksekutif PSHK, M. Nur Solikhin dalam kata pengantarnya di buku.

Secara garis besar, lanjut Solikhin, tulisan-tulisan di dalam buku ini terbagi ke dalam tiga tema besar, yakni Munir dan HAM, Munir dan Militer, serta Munir dan Buruh. Namun, setiap tulisan memiliki keunikan tersendiri yang patut dibaca.

“Setiap tulisan di dalam buku ini mengangkat salah satu dari tiga tema tersebut dan membahasnya melalui sudut pandang dan kasus yang menarik,” katanya.

Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), Yati Andriyati memberi penghargaan yang tinggi atas hadirnya buku ini. Sejak awal KontraS mendukung penuh gagasan kegiatan menulis Munir ini.

“Mereka berinisiatif menulis Munir sebagai cara untuk menuangkan eksistensi kesadaran mereka akan nilai-nilai hukum dan HAM yang diperjuangkan Munir,” tulis Yati di buku yang sama.

Jika Anda tertarik membaca utuh karya para penulis, silakan unduh di sini.
Tags:

Berita Terkait