Melda Kamil Ariadno: Dari Mahasiswa Berprestasi, Lawyer, Hingga Menjabat Dekan FH UI
Berita

Melda Kamil Ariadno: Dari Mahasiswa Berprestasi, Lawyer, Hingga Menjabat Dekan FH UI

"Sebenarnya hidup bukan soal mencari uang. Apa yang ingin kamu lakukan di dunia ini? Kalau kamu memimpikan sesuatu, buatlah menjadi kenyataan".

Norman Edwin Elnizar
Bacaan 2 Menit

Saya mencoba realistis, di Asia Tenggara pun kita belum bisa mengalahkan NUS (national University of Singapore), University of Malaya, Chulalongkorn University, misalnya. Paling tidak kita kejar Malaya atau Chulalongkorn. Ini pun dilakukan oleh revisi target Universitas Indonesia di pemeringkatan dunia. Jadi kita coba menyesuaikan dengan target UI untuk Fakultas Hukum.

 

Dalam obsesi besar ‘internasionalisasi’ di kepemimpinan anda empat tahun ke depan, seperti apa skala prioritas yang anda buat?

Pertama, FH UI harus memiliki acara besar yang dikenal di dunia akademik internasional. Branding atas nama FH UI sangat diperlukan, bukan semata terkenal karena nama besar para Profesor FH UI. Kalau kita tahu Harvard Law School, citranya adalah wadah bagi para Profesor yang mumpuni. Nggak usah mikir lagi siapa Profesornya. Made in Harvard sudah oke deh jaminan mutu. Made in Stanford, Made in Yale misalnya. Nah itu yang saya inginkan bagi citra FH UI di mancanegara. Begitu lihat Faculty of Law Universitas Indonesia, wah itu sudah jaminan mutu para Profesornya. Jadi punya brand yang prestisius sebagai institusi.

 

Kedua, saya ingin karya para dosen tidak hanya dikenal untuk publikasi riset ilmiah namun juga pengabdian masyarakat. Saya akan dorong ini. Fakultas Hukum ini termasuk yang rendah dalam karya pengabdian masyarakat. Dibandingkan dengan fakultas Sains, Kesehatan, dan Teknologi di UI juga tertinggal. Mungkin kita sudah nyaman dengan menjadi saksi ahli di persidangan, diperbantukan sebagai pejabat pemerintah di mana-mana. Mungkin memang pengabdian masyarakat juga, but we need more than that!

 

We need to go the community, the society. Bukan hanya di level birokrasi ikut menyusun regulasi, naskah akademik begitu. Harus lebih intensif lagi terjun ke masyarakat langsung.

 

Berikutnya, FH UI perlu terlibat lebih banyak lagi dalam advokasi isu regional Asia Tenggara. Misalnya SDGs (Sustainable Development Goals). Ada banyak tema. Para dosen perlu ikut melakukan upaya advokasi ke pemerintah, lembaga-lembaga internasional, agar gagasan-gagasannya ikut terdengar di tingkat internasional atas nama institusi FH UI. Salah satunya kita harus ikut di berbagai international bidding. FH UI harus berani ikut mengajukan proposal gagasan, melakukan advokasi. Ini bahkan berkaitan juga nantinya dengan publikasi riset bahkan mengalirkan dana dari donor untuk mendanai kegiatan riset fakultas jika proposal advokasi diterima.

 

Apa yang sudah anda rancang untuk pengembangan kemahasiswaan?

We got the best bahwa input FH UI sudah bagus. Yang terbaik. Tetapi untuk mencapai output yang lebih bagus lagi itu bicara soal proses. Ada dua pendekatan yang akan saya lakukan. Ada hard skill soal kurikulum akademik, ada juga soft skill. Saat ini persoalan soft skill mahasiswa UI termasuk di dalamnya FH UI dipertanyakan banyak pihak. Sejauh mana memiliki kepekaan sosial, moral yang tinggi, serta berpegang pada nilai luhur bangsa kita ini.

Tags:

Berita Terkait