Arisia Pusponegoro, The Queen of In-House Counsels at Indonesia Investment Authority
Utama

Arisia Pusponegoro, The Queen of In-House Counsels at Indonesia Investment Authority

Ada tantangan bekerja pada organisasi kombinasi privat dan publik seperti INA. Menjadi in house counsel di INA, tidak hanya berfokus pada profit semata, tapi juga mempertimbangkan aspek pembangunan berkelanjutan.

Mochamad Januar Rizki
Bacaan 4 Menit
Hukumonline
Hukumonline

Bergabung dengan Indonesia Investment Authority (INA) sebagai Chief Legal Counsel sejak April 2021 menjadi babak baru karir Arisia Arundati Pusponegoro yang berlatarbelakang profesi lawyer. Perempuan berlatarbelakang lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) itu memiliki pengalaman panjang sebagai lawyer pada berbagai kantor hukum papan atas di tanah air.

Arisia telah berkarir sekitar 13 tahun lebih hingga menjadi seorang partner pada kantor hukum Lubis, Ganie, Surowidjojo (LGS) Law Firm. Tak hanya itu, Arisia pernah menempati posisi Partner pada LWP in Association with Clifford Chance, kantor hukum top global. Tak puas bekerja di kantor hukum milik orang lain, Arisia sempat mendirikan kantor hukum bersama dua rekannya.

Yakni Linda Widyati dan Dezi Kirana dengan nama LWP Law Firm yang hingga kini masih eksis. Arisia menceritakan pengalaman karirnya yang membawanya bergabung dengan INA saat ini. Pengalaman karirnya tersebut sangat erat beririsan dengan lembaga yang mengelola investasi pada proyek-proyek strategis dalam rangka mendukung pembangunan secara berkelanjutan.

”Pengalaman saya berkarir sebelumnya fokus banyak mengerjakan infrastruktur (publik) terutama energi, electricity dengan skema private public partnersip (PPP) atau kerja sama pemerintah badan usaha (PKBU). Di situ selain represent investor atau sponsor, saya juga banyak represent pemerintah yaitu Kementerian Keuangan,” ujarnya saat berbincang dengan Hukumonline di kantornya. Kamis (30/11/2023) lalu.

Baca juga:

Hukumonline.com

Arisia Arundati Pusponegoro saat berfoto di antara dua frame foto di kantornya. Foto: RES

Berkarir sebagai in house counsel di INA, Arisia menuturkan tidak hanya berfokus pada profit semata, tapi juga mempertimbangkan aspek pembangunan berkelanjutan. Selain itu, organisasi ini menerapkan standar operasional tinggi terlebih sebagian besar mitra kerja sama merupakan investor luar negeri.

Arisia mengakui ada tantangan bekerja pada organisasi kombinasi privat dan publik seperti INA. Misalnya, pengambilan keputusan yang memerlukan birokrasi panjang bagi INA. Selain itu, kepastian hukum dan proyek-proyek layak investasi juga menjadi tantangan.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait