Itu jika mereka gemar melecehkan, secara seksual, rekan kerja mereka. Sebelumnya, para karyawan sebuah perusahaan tidak dapat dituntut untuk membayar ganti rugi secara finansial atas pelecehan seksual yang telah dilakukannya. Bila terbukti di pengadilan bahwa perusahaan tempat karyawan itu bekerja turut bertanggung jawab atas terjadinya pelecehan, maka perusahaan itulah yang akan dituntut untuk membayar ganti rugi.
Kini, para karyawan telah menjadi jutawan. Seakan menyambut fenomena itu, ada UU baru di Negara Bagian California yang membolehkan seorang karyawan menggugat rekan kerjanya atas tuduhan pelecehan seksual serta, yang paling penting, menuntut si pelaku untuk membayar ganti kerugian untuk tindakan pelecehannya. Toh, si pelaku boleh jadi bermandi uang.
UU "sakti" itu diberi nama AB 1856.
Baldwin Lee, seorang associate di Firma Hukum Farella Brown & Martel, berkisah mengenai sebuah kasus mengenai dua karyawan sebuah perusahaan yang menjalin hubungan romantis. Keduanya sama-sama kaya. Pada suatu saat, mereka putus. Alih-alih putus baik-baik, mereka malah saling menggugat.
Perusahaan tempat mereka bekerja dinyatakan bebas dari tanggung jawab secara hukum atas apapun yang terjadi di antara mantan pasangan kekasih itu. Oleh karena itu, keduanya lalu saling mengajukan gugatan dengan tuduhan pencemaran nama baik.
"Mereka berantem karena menderita secara emosional. Coba kalau pada saat itu sudah ada AB 1856, saya yakin mereka akan saling menggugat dengan tuduhan pelecehan seksual,"cetus Baldwin.
Kalau di Indonesia, boro-boro ada UU semacam AB 1856 itu, pemerkosa saja maksimal hanya diganjar 12 tahun! Kalau jutawan sih, lumayan banyak...
(disadur dari yahoo.com/fat)